• Blockquote

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Eklamsi Post Partum


Eklamsi Post Partum

Pengertian
Eklamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).

Insiden
Eklamsi lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara (Obtetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).

Patofisiologi
Peredarah dinding rahim berkurang(ischaemia rahim)

Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme (ischaemia uteroplacenta) dan hipertensi

Eklamsi


Mata terpaku
Kepala dipalingkan ke satu sisi
Kejang-kejang halus terlihat pada muka
(Invasi)
 


Badan kaku
Kadang episthotonus
(Kontraksi/Kejang Tonis)
 


Kejang hilang timbul
Rahang membuka dan menutup
Mata membuka dan menutup
Otot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi
Kejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit
Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut
Mata merah, muka biru
(Konvulsi/KejangClonis)
-Tensi tinggisekitar 180/110 mmHg
-Nadi kuat berisi-keadaan buruk nadi menjadi kecildan cepat
Demam,Pernafasan cepat, sianosisProteinuria dan oedema

Coma
Amnesia retrigrad post koma


Prognosis
Koma lama
Nadi diatas 120
Suhu diatas 39°c
Tensi diatas 200 mmHg
Lebih dari 10 serangan
Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
Tidak adanya edema
(Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa Oleh Eden)
* Oedema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.
* Jika deuresi lebih dari 800  cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak membaik.
* Sebaliknya oliguri dan uri merupakan gejala yang buruk.
* Multipara  usia diatas 35 keadaan waktu MRS mempengaruhi prognosa lebih buruk.

Pemeriksaan
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan  retraksi otot-ototnya.        
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Involusi

TFU

Berat Uterus
Diameter Bekas Melekat Plasenta

Keadaan Cervix
Setealh pladsenta lahir
1 minggu

2 minggu
6 minggu

8 minggu
Sepusat

Pertengahan pusat symphisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2 minggu
Normal
1000 gr

500 gr

350 gr
50 gr

30 gr
12,5

7,5 cm

5 cm
2,5 cm


Lembik

Dapat dilalui 2 jari

Dapat dimasuki 1 jari

Sumber: Rustam muchtar, 1998

Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)
Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh  1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang  sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
Rasa sakit yang disebut after pains  ( meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)

Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan  jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari ketiga sampai hari ketujuh.
Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat belas.
Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.(Manuaba, 1998: 193)
Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang  menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah  untuk mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan  diuresis yang menyebabkan  volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada  24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu  mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan. ( V Ruth B, 1996: 230)
Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)
Sistim Hormonal
Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen,  progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula  hipofise  anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior  untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini  menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.  
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu. (Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter
Penemuan normal
Penemuan abnormal
Tanda-tanda vital
Tekanan darah < 140 / 90 mmHg, mungkin bisa naik dari tingkat disaat persalinan 1 – 3 hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit
Tekanan darah > 140 / 90 mmHg


Suhu > 380 C
Denyut nadi: > 100 X / menit

2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi  interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995)
Sedangkan stres  emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.( Ibrahim C S, 1993: 50)


Perawatan Masa Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan  perawatan yang intensif untuk pemulihan kondisinya         setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah  kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
Fundus uteri :  tinggi fundus uteri, kontraksi uterus. 
Payudara :  puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba
Luka jahitan episiotomi           : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi. ( Manuaba, 1998: 193)
5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin.
Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi. (Persis H, 1995: 288)
Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum  mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.( Mac. Donald, 1991: 430)
Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi  setelah 4-6 bulan.
Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.(Bari Abdul,2000:129)

Kemugkinan Diagnosa Yang Timbul
1. Resiko tinggi terjadinya cedera b/d kejang-kejang berulang
2. Resiko tinggi terjadi Asidosis respirasi b/d Kejang – kejang berulang
3. Resiko tinggi terjadi oliguri sampai anuri b/d hipovolaemi karena oedema meningkat
4. Resiko tinggi terjadi gangguan vasospasme pembuluh darah b/d hipotensi mendadak karena usaha penurunan tensi.

Rencana Tindakan Keperawatan
Dx. 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan resiko tinggi terjadinya cedera tidak terjadi dengan kriteria : tidak terjadi fraktur, pasien tidak jatuh, lidah tidak tergigit
Intervensi : - Fiksasi tidak terlalu kencang
- Pemasangan sudip lidah
R : Memberikan ruang gerak waktu kejang
     Menghalangi supaya lidah tidak tergigit
Dx 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan dan Medis resiko Asidosis respirasi tidak terjadi
Kriteria : Kejang berkurang, sianosis tidak ada, nafas 20 x/menit
Intervensi :- Berikan Obat anti kejang sesuai terapi Medis
Berikan Oksigen 2-6 liter/ menit
Observasi R/R dan Nadi
R : Memberikan ruang gerak bagi paru u/mengembang
     Membantu suplai oksigen sel jaringan tubuh
     Menilai pola nafas dan kerja jantung
Dx.3
Tujuan : Setelah dilakuakn tidakan perawatan Resiko oliguri sampai anuri tidak terjadi
Kriteria : Urine > 30 cc/jam
Intervensi : -Memperbaiki diuresi dengan pemberian glukose 5%-10 %
R : Sehingga terjadi pengenceran haemokonsentrasi

Dx.4
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan dan Medis resiko suplai zat-zat yang dibutuhkan sel tubuh menurun tidak terjadi.
Kriteria : -Tensi tidak boleh turun lebih dari 20 % dalam 1 jam (maksimal dari 200/120 mmHg menjadi 160/95 mmHg dalam 1 jam).
-Tekanan darah tidak boleh kurang dari 140/90 mmHg.
Intervensi : Observasi tensi dan Nadi pasien  setiap 1 jam
R : Supaya terjadi penurunan tensi secara berangsur-angsur sehingga suplai cukup sampai kejaringan dan organ-organ penting.

Daftra Pustaka

Persis Mary Hamilton, (1995), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta

R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung.

------(1995), Ilmu Penyakit Kandungan UPF Kandungan Dr.Soetomo. Surabaya 

Kanker serviks



A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual       semakin besar mendapat kanker serviks.  Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda

2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.  Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.

4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan.  Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi.  Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.

7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

C. Klasifikasi pertumbuhan sel akan kankers serviks

Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan  dengan karsinoma insitu.

2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa.  Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.

3. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.

4. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi.  Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.

5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.

Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.

Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.


Markroskopis
1. Stadium preklinis
    Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
    Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
    Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

D. Gejala Klinis
1. Perdarahan
Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya.  Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.
2. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebeluma ada perdarahan.    Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau.

E. Pemeriksaan diagnostik
1. Sitologi/Pap Smear
    Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
    Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium.  Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.

4. Kolpomikroskopi
    Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali

5. Biopsi
    Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya.  Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

F. Klasifikasi klinis
·  Stage 0:Ca.Pre invasif
·  Stage I: Ca. Terbatas pada serviks
· Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
·  Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
· Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah   mengenai dinding vagina.  Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
· Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
· Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

G. Terapi
1. Irradiasi
    · Dapat dipakai untuk semua stadium
    · Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
    · Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Dosis
    Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
3. Komplikasi irradiasi
    · Kerentanan kandungan kencing
    · Diarrhea
    · Perdarahan rectal
    · Fistula vesico atau rectovaginalis
4. Operasi
    · Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
    · Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
5. Kombinasi
    ·  Irradiasi dan pembedahan
       Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema.  Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
6. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten.  5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

H. Hubungan Kanker Serviks dengan Masalah Keperawatan

Jika diperhatikan secara keseluruhan maka proses terjadinya Ca. Serviks dan masalah keperawatan yang muncul dapat diperhatikan pada bagan berikut :

Faktor :
            Prilaku                                                             Lingkungan
( Sex aktif, paritas, personal higiene)               ( Polusi,  onkonenik agent, virus,
radiasi)

                                   
                                                Kanker Serviks
 


            Pelayanan  Kesehatan                         Genetika
( Deteksi dini penyakit, laboraorium,                  (Keluarga yang menderita Ca,
 Penanganan kasus P. Kelamin                                        keluarga dengan ambang stress rendah)
 penyuluhan pencegahan Ca. Serviks)
 


- Kelemahan jaringan/ dinding menjadi rapuh   à perdarahan masif à anemia
- Peningkatan kadar leukosit / kerusakan nosiseptor / penekanan pada dinding serviks  à Nyeri
- Gangguan peran sebagai istri  dan gangguan gambaran diri à Ggn konsep diri.
- Gejala tidak nyata à adanya berbagai macam tindakan untuk menegakkan diagnose         terdiagnose Ca à kecemasan

I. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang

Data pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.

Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.

Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.

Riwayat penyakit sebelumnya :
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat  personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.

Data khusus:
1. Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah,                      adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
2. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi.

2. Diagnosa Keperawatan
a.  Gangguan perfusi jaringan (anemia) b/d perdarahn intraservikal
b.  Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
c. Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
d. Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan tentang Ca. Serviks dan pengobatannya.
e. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan terhadap pemberian sitostatika.

3. Perencanaan
 Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra cervikal
     Tujuan :
     Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan membaik :
    
     Kriteria hasil :
     a. Perdarahan intra servikal sudah berkurang
     b. Konjunctiva tidak pucat
     c. Mukosa bibir basah dan kemerahan
     d. Ektremitas hangat
     e. Hb 11-15 gr %
     d. Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 Derajat C, RR : 18 - 24 X/mnt.

     Intervensi :
     - Observasi tanda-tanda vital
     - Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
     - Cek Hb
     - Cek golongan darah
     - Beri O2 jika diperlukan
     - Pemasangan vaginal tampon.
     - Therapi IV

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.
     Tujuan :
     - Setelah  dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi

     Kriteria hasil :
     - Tidak terjadi penurunan berat badan
     - Porsi makan yang disediakan  habis.
     - Keluhan mual dan muntah kurang

     Intervensi :
     - Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
     - Berika makan TKTP
     - Anjurkan makan sedikit tapi sering
     - Jaga lingkungan pada saat makan
     - Pasang NGT jika perlu
     - Beri Nutrisi parenteral jika perlu.


Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal

     Tujuan       
     - Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami

     Kriteria hasil :
     - Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
     - Intensitas nyeri berkurangnya
     - Ekpresi muka dan tubuh rileks

     Intervensi :
     - Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien
     - Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri.
     - Ajarkan teknik relasasi dan distraksi
     - Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
     - Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri

Cemas yang berhubungan dengan terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya pengetahuan tentang kaker serviks, penanganan dan prognosenya.

    Tujuan :
     Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi tentang penyakit kanker yang diderita, penanganan dan prognosenya.

    Kriteria hasil :
     - Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita
     - Klien mengetahui tindakan - tindakan  yang harus dilalui klien.
     - Klien  tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi.
     - Sumber-sumber koping teridentifikasi
     - Ansietas berkurang
     - Klien mengutarakan  cara mengantisipasi ansietas.

     Tindakan :
     - Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya.
     - Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara mengentrol dirinya.
     - Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung yang positif).
     - Tunjukkan adanya harapan
     - Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik

Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika.

     Tujuan :
     Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil

     Kriteria hasil :
     - Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
     - Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
     - Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
     - Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

     Intervensi :
     - Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
     - Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
     - Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya.
     - Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.
     - Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan.
     - Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
     - Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional. 

ANTE NATAL CARE


ANTE NATAL CARE

1.      PENGERTIAN
ANC adalah Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
2.      TUJUAN :
*       Pengawasan : Kesh. Ibu, Deteksi dini penyakit penyerta & komplikasi kehamilan, menetapkan resiko kehamilan (tinggi, meragukan dan rendah)
*      Menyiapkan persalinan à well born baby dan well health mother
*      Mempersiapkan pemeliharaan bayi & laktasi
*      Mengantarkan pulihnya kesh. Ibu optimal

3.      BUKTI KEHAMILAN
a.      PRESUMTIF ( Bukti Subjektif)
*      Amenorea
*      Perubahan payudara
*      Mual & muntah (morning sickness)
*      Frekuensi berkemih
*      Leukorea
*      Tanda Chadwiek’s
*      Quickening


b. PROBABILITAS ( Bukti Objektif)
q  Pertumbuhan & perubahan uterus
q  Tanda Hegar’s ( melunaknya segmen bawah uterus)
q  Ballotement (lentingan janin dl uterus saat palpasi)
q  Braxton hick’s (kontraksi selama kehamilan)
q  Perubahan Abdomen
q  Pembesaran abdomen
q  Striae Gravidarum
q  Pigmentasi pada linea nigra
c.       ABSOLUT ( Bukti Positif)
   Terdengar DJJ
   Teraba bagian anak oleh pemeriksa
   Terlihat hasil konsepsi dg USG
   Teraba gerakan janin oleh pemeriksa

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
     LABORATORIUM
     Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL)
     Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis)
     Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik)
     U S G
     Jenis kelamin
     Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion,
5. PEMERIKSAAN KEHAMILAN
BILA HPHT TIDAK DIKETAHUI,
USIA KEHAMILAN TENTUKAN DG CARA :
n  TFU ( Cm x 7/8 = Usia dl mgg)
n  Terabanya ballotement di simpisis à 12 mgg
n  DJJ (+) dg Dopller à 10-12 mgg
n  DJJ (+) dg fetoscop à 20 mgg
n  Quickening à 20 mgg
n  USG
PERHITUNGAN TAKSIRAN PARTUS
            ( NAGELE) :
n  H + 7
n  B (1-3)             + 9, bila tanggal > 24 + B 1
            B (4-12)           – 3
n  T (1-3)                         + 0
            T (4-12)           + 1

n  PERHITUNGAN TAKSIRAN BERAT JANIN
n  TFU – (11 belum masuk PAP) X 155 = ….gr
n  TFU – (13 sudah masuk PAP) X 155 = ….gr

FREKUENSI KEHAMILAN
u Kunjungan I (12-24 mgg)
      Anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik & obstetri, Pemeriksaan lab., Antopo metri, penilaian resiko kehamilan, KIE
u  Kunjungan II ( 28 – 32 mgg )
      Anamnesis, USG, Penilaian resiko kehamilan, Nasehat perawatan payudara & Senam hamil), TT I
u  Kunjungan III ( 34 mgg)
      Anamnesis, pemeriksaan ulang lab. TT II
u  Kunjungan IV, V, VII & VIII ( 36-42 mgg)
     Anamnesis , perawatan payudara & persiapan persalinan

6. PENGKAJIAN ANC
  1. AKTIFITAS / ISTIRAHAT
*      BP ↓ , HR ↑ , Episode Sinkop, Edema
  1. INTEGRITAS EGO à Persepsi diri
  2. ELIMINASI
*      Konstipasi, miksi ↑ , BJ urine ↑ , haemoroid
  1. MAKANAN & CAIRAN
*      morning sickness (TM I), nyeri ulu hati,
*      Penambahan BB ( 8 – 12 kg), hipertrofi gusi (berdarah)
*      Anemi fisiologis  (Hemodilusi)
  1. NYERI / KETIDAK NYAMANAN
*      Kram kaki, nyeri payudara & punggung, Braxton Hicks

  1. PERNAFASAN
*      RR ↑ ,
  1. KEAMANAN
*      Suhu : 36,1o – 37,6 o C ,
*      DJJ ( 12 mgg dg dopler, 20 mgg dg fetoskop)
*      Gerakan janin ( 20 mgg)
*      Quickening  & Ballotement
*      ( 16 – 20 mgg) &
  1. SEKSUALITAS
*      Perubahan seksualitas, leukorea, peingkatan uetrus
*      Payudara ↑ , pigmentasi 
*      Goodell, Hegar, chadwiks
  1. INTERAKSI SSIAL
*      Denial, maturasi, aseptent
  1. PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
  2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

7. PENGKAJIAN FISIK
         TANDA VITAL, ANTOPOMETRI
         PENGKAJIAN KEPALA
         PENGKAJIAN DADA : paru, jantung, payudara
         PENGKAJIAN ABDOMEN : hepar, abdomen,       uterus (palpasi, inspeksi, auskultasi,    pergerakan janin, his)
         PEMERIKSAAN PANGGUL
         PEMERIKSAAN GENITAL
         PEMERIKSAAN EKSTREMITAS

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN  & FOKUS INTERVENSI
1. Resti perubahan nutrisi krg dr kebt tubuh b.d.     Perubahan napsu makan, mual & muntah
n  KH :
n  Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal
n  Mengikuti diet yg dianjurkan
n  Mengkonsumsi Zat besi/ vitamin
n  Menunjukkan BB ( min 1,5 kg pd TM I )
n  Intervensi :
n  Tentukan asupan nutrisi /24 jam
n  Kaji ttg pengetahuan kebutuhan diet
n  Berikan nformasi tertulis diet prenatal & suplemen
n  Tanyakan keyakinan diet ss budaya
n  Timbang BB & kaji BB pregravid
n  Berikan BB selama TM I yang optimal
n  Tinjau tentang mual & muntah
n  Pantau kadar Hb, test urine (aseton, albumin & glukosa)
n  Ukur pembesaran uterus
n  Kolaborasi : program diet ibu hamil
2. Resti defisit vol. Cairan b.d.
perubahan napsu makan, mual & muntah
      KH :
      Mengidentifikasi & melakukan kegiatan u frekwensi & keparahan mual/muntah
      Mengkonsumsi cairan ss kebt.
      Mengidentifikasi tanda & gejala dehidrasi
      Intervensi :
      Auskultasi DJJ
      Tentukan beratnya mual/muntah
      Tinjau riwayat (gastritis, kolesistiasis)
      Anjurkan mempertahankan asupan cairan
      Kaji suhu, turgor kulit, membran mukosa, TD, intake & output, Timbang BB
      Anjurkan asupan minum manis, makan sedikit tapi sering, makan roti kering sebelum bangun tidur

3. Perubahan eliminasi urine b.d. Pembesaran uterus, GFR, sensitifitas VU
   KH :
§  Mengungkapkan penyebab sering kencing
§  Mengidentifikasi cara mencegah stasis urinarius
    Intervensi :
§  Berikan informasi perubahan  berkemih
§  Anjurkan menghindari posisi tegak & supine dl waktu lama
§  Berikan informasi intake cairan 6-8 gls/hr, penurunan intake 2-3 j pra rest
§  Kaji nokturia, anjurkan keagel exercise
§  Tekankan higiene toileting, memakai celana dr katun & menjaga vulva tetap kering
§  Kolaborasi : Kaji riwayat medis (hipertensi, peny. ginjal & jantung)

4. Ketidak efektifan pola pernafasan b.d. Pergeseran diagfragma sekunder kehamilan
l  KH :
l  Melaporkan ↓ keluhan
l  Mendemonstrasikan fungsi pernapasan
l   Intervensi :
l  Kaji status pernapasan
l  Pantau riwayat medis (alergi, rinitis, asma, TBC)
l  Kaji kadar HB à tekankan pentingnya vit.
l  Informasikan hubungan program latihan & kesullitan pernafasan
l  Anjurkan istirahat & latihan berimbang
l  Tinjau tindakan pasien u mengurangi keluhan

5. Ketidak nyamanan b.d. Perubahan fisik dan pengaruh hormonal
*      KH :
n  Mengidentifikasi tindakan yg melegakan & menghilangkan Ketidak nyamanan
n  Melaporkan penatalaksanaan Ketidak nyamanan
*       Intervensi :
n  Catat derajat rasa tidak nyaman minor
n  Evaluasi derajat rasa tidak nyaman selama pemeriksaan lanjutan
n  Anjurkan pemakaian korset uterus
n  Tekankan menghindari stimulasi puting
n  Intruksikan perawatan puting mendatar
n  Kaji adanya haemoroid
n  Intruksikan penggunaan kompres dingin & intake tinggi serat pada haemoroid
n  Intruksikan posisi dorsofleksi pd kaki & mengurangi keju/susu
n  Kaji tingkat kelelahan dengan aktifitas dl keluarga
n  Kolaborasi : suplemen kalsium

6. Perubahan pola seksualitas b.d. Perubahan struktur tubuh & ketidaknyaman
  • KH :
    • Mendiskusikan perubahan dl hasrat seksual
    • Identifikasi langkah mengatasi situasi
    • Melaporkan adaptasi perubahan & modifikasi situasi selama kehamilan
  • Intervensi :
    • Tentukan pola aktivitas seksual pasangan
    • Kaji dampak kehamilan terhadap kehamilan
    • Diskusikan miskonsepsi seksualitas kehamilan
    • Anjurkan pilihan posisi koitus selama kehamilan
    • Informasikan tindakan yg dpt kontraksi ( stimulasi puting susu, orgasme pd wanita, sperma)
    • Kolaborasi : konseling bila masalah tidak teratasi

7. Resti konstipasi b.d. Penurunan peristaltik, penekanan uterus
      KH :
      Mempertahankan pola fungsi usus normal
      Mengidentifikasi perilaku beresiko
      Melaporkan tindakan u eliminasi
      Intervensi :
      Tentukan kebiasaan eliminasi sebelum hamil & perhatikan perubahan selama hamil
      Kaji adanya haemoroid
      Informasikan diet : buah, sayur, serat & intake cairan adekuat
      Anjurkan latihan ringan
      Kolaborasi : berikan pelunak feces bila diet tak efektif