Laporan Pendahuluan
Topik : Asuhan Keperawatan Klien dengan Myoma Uteri
I.
Definisi
Myoma
Uteri adalah : neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus yang disebut juga
dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid.
Myoma Uteri umumnya terjadi pada
usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat asal myoma uteri yaitu pada
serviks uteri ( 2 % )dan pada korpus uteri ( 97 % ), belum pernah ditemukan
myoma uteri terjadi sebelum menarche.
II.
Etiologi
Walaupun
myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa
Myoma uteri terjadi tergantung pada sel-sel
otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang
terus menerus oleh hormon estrogen.
III .Lokalisasi Mioma Uteri
1. Mioma
intramural ; Apabila tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal dalam dinding
uterus.
2. Mioma
Submukosum ; Mioma yang tumbuh kearah kavum uteri dan menonjol dalam kavum itu.
Mioma Subserosum ; Mioma yang tumbuh
kearah luar dan menonjol pada permukaan uterus.
IV.
Komplikasi
1.
Pertumbuhan leimiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun
tidak membesar, sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi
sesudah menopause
2.
Torsi (putaran tangkai )
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami
putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan
sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari
abdomenakut.
3.
Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor,
kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan bari vagina,
dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi
sekunder.
VI. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan
Darah Lengkap
Haemoglobin : turun Albumin : turun
Lekosit :
turun/meningkat
Eritrosit :
turun
2. USG
Terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal
Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba
massa, konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat
keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
5. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang
mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi.
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin
terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi.
Indikasi
mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai.. Pada mioma
uteri yang masih kecil khususnya pada
penderita yang mendekati masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup
dilakukan pemeriksaan pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan.
Adapun
cara penanganan pada mioma uteri yang
perlu diangkat adalah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan
histerektomi dan umumnya dilakukan histerektomi total abdominal.
Tindakan histerektomi total
tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal Histerektomy and Bilateral
Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO )
TAH
– BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus,serviks, kedua
tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant
neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic endrometriosis .
Dari
kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah suatu tindakan
pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat uterus,
serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic diseas,
leymiomas dan chronic endometriosis.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1
.Gangguan Eliminasi Urin (Retensio) berhubungan dengan penekanan oleh
massajaringanneoplasm pada daerah sekitarnnyagangguansensorik/motorik.
2.
Resiko terjadi konstipasi berhubungan dengan penekanan oleh massa pada jaringan
sekitanya, kurang asupan makanan tinggi serat.
3.Resiko
tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan yang
berulang-ulang.
4.Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
5.Gangguan rasa nyaman ( nyeri )
berhubungan dengan terjadi prosesInflamasi,nekrosis jaringan akibat penekanan
massa neoplasma.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mioma uteri neoplasma jinak yang
dalam kepustakaan ginekologi terkenal dengan
istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterinenfibroid. Mioma
uteri umumnya terjadi pada usia reproduksi yaitu yaitu pada usia lebih dari 35
tahun ( Prawirohardjo, Sarwono 1994 ; 281 ).
Adapun dampak bila mioma uteri
tidak diangkat yaitu terjadi pertumbuhan leimiosarkoma,nekrosis dan infeksi.
Untuk mencegah agar tidak terjadi dampak-dampak yang lebih parah maka ada
beberapa cara pengobatan yang dapat dilakukan diantaranya adalah terapi
operatif yaitu dengan histerektomitotal abdominal ( Prawirohardjo, Sarwono 1994 ;287 ).
Histerektomi Total Abdominalis
dengan atau tanpa salphingektomi adalah salah satu operasi ginekoogi yang paling sering
dilakukan sehingga hal ini menjadi salah satu tindakan standar bagi ahli bedah
ginekologi yang berpraktek.Meskipun klien telah mengalami pembedahan bukan
berarti masalah sudah teratasi, tapi akan timbul dampak-dampak akibat
pembedahan antara lain perubahan sirklus hormon, menopause dini , timbul
masalah koitus, peningkatan insien opsteoporosis, adanya nyeri, lebihlamadalam
mendapatkan kembali fungsi usus, kesulitan miksi. Oleh karena itu diperlukan
perawatan yang tepat untuk mengurangi rasa sakit pada klien, mencegah
komplikasi setelah operasi dan menolong penyembuhan dalam fungsi-fungsi yang
normal.
TINJAUAN
PUSTAKA
B. Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasma jinak,
yang berasal dari otot uterus yang disebut juga leiomioma uteri atau uterine
fibroid. Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus
uteri. Yangada pada serviks uteri hanya di temukan dalam 3 % sedangkan pada
korpus uteri 97 % mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi
terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum pernah dilaporkan bahwa mioma
uteri terjadi sebelum menarche (prawirohardjo, sarwono 1994 ; 281 ).
C. Etiologi
Walaupun mioma uteri terjadi banyak
tanpa penyebab, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschultz yang
mengutarakan bahwa terjadi mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang
terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang, terus menerus oleh
estrogen (Prawirohardjo, Sarwono 1994 ; 282 ).
D. Lokalisasi
Mioma Uteri
1. Mioma
intramural ; Apabila tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal dalam dinding
uterus.
2. Mioma
Submukosum ; Mioma yang tumbuh kearah kavum uteri dan menonjol dalam kavum itu.
3. Mioma
Subserosum ; Mioma yang tumbuh kearah luar dan menonjol pada permukaan uterus.
E. Komplikasi
1. Pertumbuhan
lemiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma
bila selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong – konyong menjadi besar
apabila hal itu terjadi sesudah menopause
2. Torsi
(putaran tangkai )
Ada kalanya tangkai pada mioma
uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor
akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak
gambaran klinik dari abdomenakut.
3. Nekrosis
dan Infeksi
Pda mioma subserosum yang menjadi
polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan
dilahirkan bari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan
akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
F. Cara
Penanganan Mioma Uteri
Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri
subserosum bertangkai. Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati masa
menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan pelvic
secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan.
Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang peru diangkat adalah dengan
pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya dilakukan
histerektomi total abdominal.
Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama
Total Abdominal Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO )
TAH – BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat
uterus,serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi pada
dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic
endrometriosis ( Tucker, Susan Martin,
1998 ; 606 ).
Dari kedua
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah suatu tindakan
pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat uterus,
serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic diseas,
leymiomas dan chronic endometriosis.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan
keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ;
pengumpulan data, pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose
keperawatan (Depkes RI, 1991 ).
1. Pengumpulan Data.
Pengumpulan
data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-data) dari klien. Data
yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan Total Abdominal
Hysterektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah sebagai
berikut :
Usia :
a. Mioma
biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia 35
tahun keatas.
b. Makin
tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang
dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri terutama
terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan
yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi
torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah biasanya
berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah :
- Lokasi nyeri :
- Intensitas nyeri
- Waktu dan durasi
- Kwalitas nyeri.
3. Riwayat Reproduksi
- Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan
haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan
mengalami atrofi pada masa menopause
- Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan
mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil
ini dihubungkan dengan hormon estrogen,
pada masa ii dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2) Jumlah
kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga
terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
4. Data Psikologi.
Pengangkatan
organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional klien dan
diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi
merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang
feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya
perasaan kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu
ditangani . Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi
atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi
sangat perlu persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi
bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat
lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran
nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat
kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan
sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan
perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus
di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
7. Status Urinari
Retensi
urine paling umum terjadi setelah
pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya baik
biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam
setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan
tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi
gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74
jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan
gas dalam usus.
B. Pengelompokan Data
Analisa
data adalah mengkaitkan, menghubungkan data yang telah diperoleh dengan teori,
prinsip yang relevan guna mengetahui masalah keperawatan klien (Depkes RI 1991
; 14 )
B. Diagnose
Keperawatan
1) Gangguan
Rsa nyaman (nyeri ) berhubungan dengankerusakan jaringan otot dan system saraf
yang di tandai dengan keluhan nyeri, ekpresi wajah neyeringai.
2) Gangguan
eleminasi miksi (retensi urine )
berhubungan dengantrauma mekanik , manipulasi pembedahan adanya edema pada
jaringan sekitar dan hematom, kelemahan pada saraf sensorik dan motorik.
3) Gangguan
konsep diri berhubungan dengankekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak,
perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual .
4) Kurang
pengetahuan tentang efek pembedahan dan perawatan selanjutnya berhubungan
dengansalah dalam menafsirkan imformasi dan sumber imformasi yang kurang
benar.
C. Perencanaan
Perencanaan adalah penyusunan
rencana tindakan keperawatan akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan,
criteria hasil, rencana tindakan atau intervensi dan rasional tindakan (Depkes
RI 1991 ; 20 ).
Intervensi keperawatan pada diagnose Gangguan rasa nyaman
(nyeri) berhubungan dengankerusakan jaringan otot an system saraf. :
1) Kaji
tingkat rasa tidak nyaman sesuai dengan tingkatan nyeri.
2) Beri
posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satu sisi.
3) Ajarkan
teknik releksasi seperti menarik nafas dalam, bimbing untuk membayangkan
sesuatu.Kaji tanda vital : tachicardi,hipertensi, pernafasan cepat.
4) Motivasi
klien untuk mobilisasi didni setelah pembedahan bila sudah diperbolehkan.
5) Laksanakan
pengobatan sesuai indikasi seperti analgesik intravena.
6) Observasi
efek analgetik (narkotik )
7) Obervasi
tanda vital : nadi ,tensi,pernafasan.
Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan gangguan eleminasi
miksi (retensi urine) berhubungan dengantrauma mekanis, manipulasipembedahan,
oedema jaringan setempat, hemaloma, kelemahan sensori dan kelumpuhan saraf.
1) Catat
poal miksi dan minitor pengeluaran urine
2) Lakukan
palpasi pada kandung kemih , observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
3) Lakukan
tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi,
mengalirkan air keran.
4) Jika
memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang kateter dalam keadaan baik,
monitor intake autput, bersihkan daerah pemasangan kateter satu kali
dalamsehari, periksa keadaan selang kateter (kekakuan,tertekuk )
5) Perhatikan
kateter urine : warna, kejernihan dan
bau.
6) Kolaborasi
dalam pemberian dalam pemberian cairan perperental dan obat obat untuk
melancarkan urine.
7) Ukur
dan catat urine yang keluar dan volume residual urine 750 cc perlu pemasangan
kateter tetap sampai tonus otot kandung kemih kuat kembali.
Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan Ganguan
konsep diri berhubungan dengankekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki anak,
perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual.
1) Beritahu
klien tentang sispa saja yang bisa dilakukan histerektomi dan anjurkan klien
untuk mengekpresikan perasaannya tentang histerektomi
2) Kaji
apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.
3) Libatkan
klien dalam perawatannya
4) Kontak
dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana yang hangat dan
menyenangkan.
5) Memotivasi
klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai tindakan pembedahan dan
pengaruhnya terhadap diri klien
6) Berikan
dukungan emosional dalam teknik perawatan, misalnya perawatan luka dan mandi.
7) Ciptakan
lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan
keluhan-keluhannya.
Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan Kurangnya
pengetahuan tentang perawatan luka operasi, tanda-tanda komplikasi, batasan
aktivitas, menopause, therapy hormon dan perawatan selanjutnya berhubungan
denganterbatasnya imformasi.
1) Jelaskan
bahwa tindakan histerektomi abdominal mempunyi kontraindikasi yang sedikit tapi
membutuhkan waktu yang lama untuk puli, mengguanakan anatesi yang banyak dan
memberikan rasa nyeri yang sangat setelah operasi.
2) Jelaskan
dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang tepat
3) Motivasi
klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
4) Jelaskan
efek dari pembedahan terhadap menstruasi dan ovulasi
5) Jelaskan
aktivitas yang tidak boleh dilakukan.
6) Jelaskan
bahwa pengangkatan uterus secara total menyebabkan tidak bisa hamil dan
menstruasi
7) Jika
klien memakai therapy estrogen maka ajari klien :
·
Bahwa estrogen itu biasanya diberikan dengan
dosis renda, dengan sirklus penggunaannya adalah selama 5 hari kemudian
berhenti selama dua hari begitu seterusnya sampai umur menopause.
·
Diskusi tentang rasional penggunaan therapy
yaitu memberikan rasa sehatdan mengurangi resiko osteoporosis
·
Jelaskan resiko penggunaan therapy
·
Ajarkan untuk melapor jika terjadi perubahan
sikap ( depresi ), tan da troboplebitis, retensi cairan berlebihan, kulit
kuning,rasa mual/muntah, pusing dan sakit kepala,rambut rontok, gangguan
penglihatan,benjolan pada payudara.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah perwujudan ari
rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien
terpenuhi secara optimal. Tindakan keperawatanini dapat dilaksanakan oleh klien
sendiri, oleh perawat secara mandiri maupun bekerjasama engan tim kesehatan
lainnya. (Depkes RI 1991 ; 28 )
E. Evaluasi.
Evaluasi adalah proses penilaian
pencapaian tujuan, sedang tujuan evaluasi itu sendiri adalah menentukan kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan menilai keberhasilan dari rencana
keperawatan atau asuhan keperawatan ( Depkes RI 1991 ; 31 )
Adapun evaluasi yang di harapkan pada klien dengan Post
TAH-BSO adalah sebagai berikut :
1. Rasa
nyama klien terpenuhi
2. Pola
eliminasi miksi dan defekasi kembali normal
3. Klien
menunjukkan respon adaptif
4. Pengetahuan
klien mengenai keadaan dirinya bertambah
5. Pola
nafas klien kembali efektif
6. Klien
mengerti mengenai adanya perubahan seksualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi.
Elstar. Bandung
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Edisi 8. EGC. Jakarta
Galle, Danielle. Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Onkologi. EGC. Jakarta
Hartono, Poedjo. 2000. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah
Skrining di Indonesia. Kursus Pra kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5
No.2 Mei 2001
…………….2001. Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas TA :
2000/01 PSIK.FK. Unair, Surabaya
Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
& JNKKR-POGI. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar