IKHLAS



Satu hal yang menjadi tujuan pokok kita dalam beribadah kepada Allah Swt ialah diterimanya amal-amal ibadah kita oleh Allah Swt, dan kemudian Allah Swt memberikannya pahala sebagaimana mestinya. Ini adalah harapan kita setiap kali kita beribadah kepada Allah Swt, ibadah apapun yang kita kerjakan. Dalam hati tentulah kita habis berharap semoga Allah berkenan menerima dan membalas amal-amal ibadah kita itu.
Tetapi rupanya tidak setiap orang yang beribadah berhasil mencapai tujuan yang pokok ini sehingga ibadah yang dilakukannnya hanyalah merupakan kerja yang sia-sia belak. Maklumlah, tentu saja sesuai dasar-dasar yang sah dari Allah Swt, karena ibadah itu dikerjakan hanyalah perbuaatan-perbuatan bid’ah belaka yang dibuaat-buat menurut selera sendiri. Atau, barang kalijuga ibadah itu tidak diterima Allah Swt, karean tidak dikerjakan dengan ikhlas Lillahi Ta’ala karena Allah Swt semata-mata, tetapi karena tujuan-tujuan dan motif-motif yang lain. Rasulullah Saw, menerangkan ;
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menerima amal kecuali amal yang dikerjakan secara ikhlas dan dimaksudkan untuk mendapat keridhoan Allah Swt.” (Riwayat Nasai).

Pengertian Ikhlas.

Dalam akhlak Isalam, ilkhlas digolongkan sebagai salah satu dari akhlak mahmudah atau akhlak yang terpuji. Kareana itu akhlak termasuk hal yang diperintahkan dalam agama kita. Kita diminta oleh Allah Swt, hendaknya kita selalu tulus ikhlas dalam seluruh kegiatan keagamaan atau peribadahan yang kita kerjakan. Firman Allah Swt dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 menyebutkan ;
“Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah Swt dengan tulus ikhlas beragama untuk Allah Swt semata-mata...”
Ikhlas dari segi bahasanya, artinya murni atau bersih,tidak ada campuran. Ibarat emas ialah emas tulen ynag bersih dari segala macam campuran dari bahan-bahan lain seperti perak, perunggu dan lain sebagainya. Maksud bersih disini ialah bersihnya sesuatu pekerjaan dari campuran maksud-maksud yang selain Allah Swt, seperti ingin dipuji orang, ingin mendapat nama dan lain sebagainya.
Jika suatu pekerjaan dapat dikatakan ikhlas kalau pekerjaan itu dilakukan semata-mata hanya karena Allah Swt saja, mengharap ridho-Nya dan pahala-Nya. Perbuaytan yang tidak ikhlas disebut isyrok, artinya berserikat atau bercampur dengan yang lain, yaitu perbuatan yang dilakukan tidak murni semata-mata karena Allah Swt tetapi bercampur dengan maksud-maksud lain yang selain Allah Swt.

Ikhlas dan isyrok ini tidak dapat dipertemukan, seperti tidak bisa dipertemukannya gerak dan diam. Tapi kedua-duanya sama-sama bertempat di hati. Karena itu kalau ikhlas telah bersarang di hati, isyrok yang menjadi lawannya tidak bisa masuk, kecuali kalau ikhlas telah terbongkar keluar. Karena itu yang timbul atau yang terjadi tentulah salah satu saja, apakah dalam berbuat seseorangitu ikhlas atau apakah isyrok. Mustahil dalam satu perbuatan dapat terjadi sekaligus bersama-sama, ya ikhlas ya isyrok.

Keutamaan Ikhlas.

Ikhlas dan isyrok artinya jelas berbeda, bahkan dua hal yang berlawanan. Namun kadang-kadang keduanya tidak menunjukan perbedaan dalam gejala lahiriah.
Si A dan Si B sama-sama mengerjakan shalat.berdasarkan gerak-gerik yang kelihatan mungkin kita tidak bisa membedakan antara sahlat si A dan si B. padahal shalat si A dikerjakan secara ikhlas karena Allah Swt semata-mata, sedang shalat si B dilakukan karena maksud-maksud selain Allah Swt, yaitu karena ingin mendapat pujian mertua atau karean ingin mencuri sandal di masjid misalnya. Hanyalah orang yang bersangkutan yang tahu (disamping Allah juga tentunya) apakah ibadah yang dilakukannya itu ikhlas atau tidak.
Memang dari segi lahiriah, mungkin ikhlas dan isyrok tidak ada perbedaannya apa-apa, karena pandainya orang main “sandiwara” sehingga apa yang tersimpan dalam hati tidak menggejala dalam tingkah laku lahiriah. Tetapi dari segi nilai, jelas sangat jauh berbeda antara ibadah yang berdasarkan keikhlasan dengan ibadah yang tidak berdasarkan keikhlasan.
Berbeda dengan ibadah yang dilakukan dengan tidak ikhlas, maka ibadah yang kita kerjakan dengan tulus ikhlas karena Allah Swt semata-mata, tentulah ibadah kita itu diterima oleh Allah Swt. InsyaAllah begitulah yang kita harapkan. Bahkan selain diterima, insyaallah ibadah kita yang dengan ikhlas kita laksanakan itu memperoleh juga fadhilah atau keutamaan dari Allah, mungkin berupa fadhilah yang lain-lain. Dan besar kecilnya fadhilah yang akan kita terima itu tergantung dari berapa kadar keikhlasan kita yang mendasari ibadah yang kita kerjakan itu.
Itulah sebabnya sedekah yang kita lakukan secara rahasia lebih baik nilainya daripada sedekah yang kita kerjakan denagn dilihat atau siketahui orang lain, sebab sedekah yang secara rahasia tentulah lebih ikhlas daripada sedekah yang diketahui oran lain, sebab sedekah yan secara rahasia tentula lebih ikhlas daripada sedekah yang diketahui orang lain. Rasulullah Saw menerangakan dalam sebuah hadits ;
“Termasuk golongan tujuh orang yang dilindungi oleh Allah Swt di bawah lindungan-Nya pada hari kiamat nanti, ialah orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dibeiakn oleh tangan kanannya.”

Kerugian tidak ikhlas

Orang yang beramal tetapi tidak ikhlas, sangat rugi sekali. Ia berarti melakuakn perbuatan yang sia-sia, karena apa yang dikerjakannya itu tidak akan diterma oleh Allah Swt, sekalipun mungkin ia telah melakukannya dengan susah payah dalam waktu yang lama, atau sekalipun ibadahnya itu berupa ibadah harta benda dengan membantu usaha-usaha perjuangan Islam dalam jutaan rupiah banyaknya. Dalamkitab suci Al-Qur’an Allah Swt telah menggambarkan betapa rugi orang yang beramal tetapi tidak ikhlas ;
“Hai orang-orang yan beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebut dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti oarang yan menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan ia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang sepert itu bagaikan batu licin yan diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah batu itu bersi (tidak bertanah lagi). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang meraka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”(Al-Baqoroh 246).

Bahkan seesungguhnya orang-orang yang beribadah tetapi tidak ikhlas, mereka tidak hanya sekedar rugi karena tidak diterima ibadahnya itu oleh Allah Swt, tetapi mereka akan menjaddi orang-orang yang sangat celaka dihari kiamat, sebab mereka itulah makhluk yang mula-mula akan menderita api neraka jahanam.
Dalam sebuah hadits yang panjang Rasulullah Saw menerangkan, bahwa dihari kiamat nanti ada tiga diantara orang diantara manusia ini yang mula-mula sekali akan menerima pertanyaan dari Allah Swt. Tiga orang itu masing-masing ialah, pertama orang yang diberi ilmu pengetahuan, kedua orang yang oleh Allah Swt dikaruniai harta benda yang banyak, dan ketiga orang yang gugur dalam medan jihad dalam memepertahankan agama Allah Swt.
Mereka masing-masing ditanya, apa yang telah dikerjakan dengan nikmat karunia yang telah diberikan oleh Allah Swt kepada mereka itu.
”Ya Rabbi”, kata orang yang berilmu pengetahuan . “Dengan ilmu hamba itu hamba telah sembahyang malam dan telah mengajarkan ilmu hamba kepada orang-orang yang memerlukannya.”
Orang kaya raya berkata pula: “Ya illahi, harta kekayaaan hamba itu telah hamba sedekahkan kepada orang lain siang dan malam.”
Sedang laki-laki pejuang yang gugur dimedan jihad menjawab pertanyaan Tuhan dengan kata-katanya: “Ya Rabbi, Engkau suruh hamba berjihad, maka hambapun pergi berjuang ke medan perang dan hamba mati terbunuh.”
Tetapi Allah Swt dan juga para malaikat yang ada ketika itu membantah ketiga jawaban orang tersebut, karena tiddak adanya keikhlasan mereka dalam beramal. Orang yang pertama tidak ikhlas dalam mengajar. Ia mengajar hanya sekedar supaya disebut sebagai orang yang alim atau sebagai sarjana hebat. Orang yang kedua tidak ikhlas dalam bersedekah. Ia bersedekah hanya sekedar supaya terkenal dalam masyarakat sebagai orang yang dermawan. Dan orang yang ketiga tidak ikhlas dalam berjuang menengakkan Islam. Ia berjuang dan bahkan sampai gugur di medan laga, tetapi hanya sekedar supaya disanjung dipuja-puja sabagi pahlawan.
Tetapi mereka itu masing-masing tidak beramal secara tulus ikhlas. Mereka tidak bermala karena Allah Swt semata-mata.
Diakhir cerita, setelah Rasulullah menerangkan kisah yang demikian itu bersabdalah beliau kepada Abu Hurairah :”Hai Abu Hurairah, mereka itulah makhluk yang mula-mula sekali akan menderita api jahanam.” (Hamka, Tasauf Modern,1961, pagina 118).
Demikianlah nasib orang-orang yang beribadah yang tidak berdasarkan pada keikhlasan. Semua keterangan ini hendaknya menjadi pelajaran bagi kita semua, supaya kita selalu dan selalu tulus dalam melaksanakan setiap ibadah, ibadah atau amal apapun yang kita kerjakan.
Amal ibadah memang hanya mengenal satu alamat, yaitu Allah Swt. Karena itu hanya kepada alamat yang tunggal inilah hendaknya semua amal ibadah kita, kita arahkan. Inisesuai dengan firman Allah Swt ;
“Hanya kepada Engkau kami mengabdi, dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan.”(Al-Fatiha:5-6).
Dan sesuai pula dengan firman Allah Swt yang lain:
“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Adz-Dzariyat:56)
Mudah-mudahan kita mampu beramal dengan ikhlas, dengan begitu mudah-mudahan amal-amal kita diterima oleh Allah Swt, memperoleh pahala atau fadilahnya, dan selamat dari ancaman malapetaka akhirat. Amiin Ya Rabba ‘Alamin.

0 komentar:

Posting Komentar